Senin, 08 Maret 2010

Fisika bagian dari ayat kauniyyah ALLAH SWT

Isu Kiamat 2012 dinisbatkan kepada kebudayaan Maya, sebuah kebudayaan kuno yang mengagumkan di Amerika Tengah. Namun tetua Suku Maya sendiri tak pernah menyatakan bahwa kebudayaan Maya meramalkan kedatangan kiamat. Suku Maya memang mengagumkan, karena meski tak pernah menemukan roda, mereka bisa membangun piramida dan kota–kota yang sibuk sebelum kemudian berlebihnya jumlah penduduk memicu degradasi lingkungan yang menghilangkan mereka dari pentas peradaban, tepat ketika Nabi SAW mulai berhijrah ke Yastrib.

Ditinjau dari sudut pandang ilmu pengetahuan, khususnya astronomi, geologi dan geofisika, tak ada satupun aspek dalam isu Kiamat 2012 yang memiliki basis ilmiah kuat, terkecuali badai Matahari (sunstorm), itupun prediksi termutakhir menunjukkan sifat badai Matahari mendatang sangat berlawanan dengan apa yang dibayangkan para "penggemar" kiamat. Gerhana pusat galaksi, yakni tertutupinya pusat galaksi Bima Sakti oleh Matahari selama sesaat pada 21 Desember 2012 pukul 18:11 WIB, ternyata tak pernah bisa terjadi karena Matahari hanya sanggup menjangkau deklinasi - 23,5 sementara pusat galaksi ada di deklinasi -29. Pun demikian dengan penjajaran (konjungsi) besar planet–planet dalam tata surya, hanya ada Merkurius–Venus dan Venus–Bumi yang berjejeran searah ke Matahari pada dua kesempatan terpisah alias tidak saling bersamaan.

Terbelahnya benua, yang diawali dari lembah Dabbahu di Afrika timur, ternyata merupakan proses kontinyu yang sudah terjadi sejak 5 juta tahun silam sebagai bagian dari siklus Wilson dalam tatanan tektonik global, khususnya terkait dengan pembentukan dasar samudera dan pemekaran lantai samudera akibat pembentukan lempeng–lempeng tektonik baru. Aktivitas di kaldera Yellowstone ternyata lebih menjurus ke aktivitas bradyseismic dan sejarah menunjukkan ada selang waktu ribuan tahun antara bradyseismic dengan letusan besar sebagaimana ditunjukkan oleh perilaku kaldera Campania di Italia. Dan andaikata kaldera Yellowstone meletus pun, dengan volume kubahnya magmatik tersembunyinya (cryptodome) saat ini, letusanya hanya menyamai Galunggung 1982–1983 alias berada di kisaran skala VEI 5.

Tumbukan dengan planet X takkan pernah terjadi, karena bagaimana bisa terjadi tumbukan jika planet X sendiri hanyalah ilusi alias tidak pernah ada. Pun demikian dengan planet Nibiru, yang juga tak pernah ada. Andaikata Nibiru ada, pada hari-hari ini kita sudah akan bisa menyaksikannya dengan jelas sebagai benda langit bermagnitude +6 di belahan langit selatan, berdekatan dengan Awan Magellan Besar. Dengan magnitude tersebut, maka benda langit itu seharusnya sudah nampak dengan mata telanjang. Tumbukan dengan komet dan asteroid, meski potensial, sejauh ini dinisbatkan berada pada probabilitas nol (alias skala Torino nol) karena tidak terdeteksi adanya komet atau asteroid yang langsung mengarah ke Bumi. Dan andaikata siklus Shiva itu benar, dimana terjadi periodisasi hantaman benda langit seukuran +/- 10 km setiap 30 juta tahun sekali, maka tumbukan tersebut diidentifikasi sudah terjadi pada 0,78 juta tahun silam di atas Asia Tenggara.

Juga dengan isu memanasnya inti Bumi oleh neutrino yang dilepaskan Badai Matahari. Itu tak mungkin terjadi karena neutrino selalu dipancarkan setiap saat, tak perlu menunggu peristiwa badai Matahari, dengan jumlah luar biasa banyak (650 milyar neutrino per detik untuk tiap sentimeter persegi permukaan Bumi. Hanya sebagian sangat kecil neutrino yang bereaksi dengan materi, sesuai dengan sifat dasarnya yang sangat sulit bereaksi kecuali dalam proses interaksi lemah, satu dari empat gaya fundamental di alam semesta. Ketika jumlah yang bereaksi sangat kecil, menjadi tidak logis kalau jumlah yang sangat kecil itu mampu memanaskan Bumi, bukan ?

Hanya aspek Badai Matahari yang memiliki basis ilmiah. Itupun harus digarisbawahi bahwa Badai Matahari yang kemungkinan terjadi pada akhir 2012 / awal 2013, dengan prediksi mutakhir bergeser pada April - Mei 2014 lebih berdampak pada sistem elektronis yang ada di Bumi. Prediksi terakhir justru menunjukkan aktivitas Matahari yang kalem, dingin, dan jika mencapai puncaknya pada 2014 tersebut hanya akan nampak 40-an bintik Matahari, sebanding dengan yang dialami Bumi pada masa Dalton minimum dan berpotensi menggiring Bumi ke global cooling yang salah satu gejalanya sudah kita rasakan dalam bentuk penurunan suhu ekstrim di belahan Bumi utara. So, sangat berkebalikan dengan yang dibayangkan para "penggemar" kiamat bukan?

Andaikata badai matahari terjadi dengan kedahsyatan yang menyamai skala Carrington event 1859, kita mungkin akan kehilangan sinyal seluler untuk sementara, mengalami pemadaman listrik untuk sementara, ATM macet, trasportasi sedikit kacau dan sebagainya. Namun keimanan kita, ijtihad kita dan pesan – pesan yang ditinggalkan Baginda Nabi SAW dan para sahabat nabi serta para auliya kita, mengajarkan bahwa kita tak perlu merasa hal itu menjadi sebuah malapetaka, apalagi yang menghancurkan dunia. Satu kalimat hikmah menyebut “…kiamat akan terjadi pada hari Jumat, namun andaikata kiamat terjadi besok pagi, maka sore nanti tetaplah bertanam padi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar